MAIN MENU |
Dinamika Keberadaan Allah Tritunggal Secara Teologis dan Signifikansinya bagi Iman
Abstract
Abstrak
Polemik tentang keberadaan Allah memiliki sejarah pergulatan panjang. Berimplikasi kepada pengetahuan dan dasar hidup bersama. Kekristenan dipanggil untuk memberitakan Allah yang Esa dan tindakan-Nya sejak penciptaan hingga keselamatan manusia. Inti doktrinalnya pada anuegrah dan alam. Dan keduanya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Allah. Filsafat Aristoteles menjadi pembeda dalam memahami keberadaan Allah. Dan dampaknya dibedakan keberadaan Allah melalui metode filsafat kategori yang dikembangkan Thomas Aquinas. Sementara penekanan awal dalam menentang Arian melalui konsili Niceae karena keliru dalam memahami 1 Kor 1:24 berkenaan dengan keberadaan Yesus Kristus Sang Anak yang oleh Arian berbeda dengan keberadaan Allah. Oleh Agustinus dan consensus Barat dan Timur berpegang kepada ousia (being) Allah yang relational sejak semula dan tindakanNya dalam keselamatan merupakan hal hakiki dan tidak dapat dipisahkan.
Full Text:
PDFReferences
Aloys Grillmeier.1975, Christ in Christian Tradition, Atlanta: John Knox Press.
Chaterine M. Lacugna, 1985. “The Relational God: Aquinas And Beyond” dalam Theological Studies. Volume 46.
Gusbert Van Den Brink and Stephan Van Erp, 2009. “Ignoring God Triune? The Doctrine of The Trinity in Dutch Theology” dalam International Journal of systematic Theology. Volume 11. Number 1.
Hans Conzelmann 1951, The Problem of Christ in The Twentieth Century.
London-Toronto-New York,
Paul D. Molnar, 1950. “The Function of The Trinity in Moltmann’s Ecological Doctrine of
Creation” dalam Theological Studies Volume 51.
Kyle Klaunch, 2013. “What God Hath Done Together: Defending The Historic Doctrine of The Inseparable Operations of The Trinity” dalam Journal Evangelical Theological Studies. Volume 56. No. 4.
DOI: https://doi.org/10.59830/voh.v2i2.9
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen